The Unperfect Me
Dalam fantasi - fantasi gw, gw selalu ngebayangin jadi orang yang biasa aja, ga dianggap dan disisihkan. Tapi dalam satu titik, gw bakal unleash all power that I kept for long, going berserk and destroy everything. Everything that wronged me. Everyone who hurt me.
Beberapa orang bilang fantasi adalah pelarian dari hal-hal yang ga bisa kita capai didunia nyata. Fatamorgana yang kita buat sendiri supaya ngerasa puas, ngerasa menang. Bagi gw, hal itu ada benarnya.
Mungkin gw memang selalu memendam semuanya. Terutama rasa marah dan sakit hati. Semuanya dikubur dan ditimbun dalam - dalam dihati gw sampai lupa. Gw coba selalu jadi anak baik hati yang penurut, yang selalu senyum, selalu berusaha nyenangin orang lain dan bertopeng dengan keikhlasan. Tapi ternyata nggak.
Luka - luka yang gw kira udah di-ikhlasin itu masih sering bikin pedih. Satu kata aja cukup buat bikin gw sakit dan ketika gw sakit, gw akan marah dan mulai nyakitin semua orang disekeliling gw. Pada saat kayak gini gw akan bikin benteng disekeliling diri gw. Menjauh dari jangkauan orang-orang, if no one can't reach me, no one could hurt me dan pastinya gw pun ga akan nyakitin orang lain tapi terus nyakitin diri sendiri.
Tapi ada kalanya ketika benteng itu ga cukup kuat nge-bendung marah. Pengecutnya gw, gw lagi-lagi akan kubur semuanya dalam kotak luka yang sama dan mulai memuaskan diri gw dengan fantasi-fantasi palsu yang gw bikin sendiri.
Itulah gw. Always holding anger over something, over peoples, over worlds, even over my self. Making it a time bomb. Tinggal tunggu waktu kapan meledaknya. And when it happens I can picture my self, alone and dying by the pain, hurt and anger that I kept myself.
Beberapa orang bilang fantasi adalah pelarian dari hal-hal yang ga bisa kita capai didunia nyata. Fatamorgana yang kita buat sendiri supaya ngerasa puas, ngerasa menang. Bagi gw, hal itu ada benarnya.
Mungkin gw memang selalu memendam semuanya. Terutama rasa marah dan sakit hati. Semuanya dikubur dan ditimbun dalam - dalam dihati gw sampai lupa. Gw coba selalu jadi anak baik hati yang penurut, yang selalu senyum, selalu berusaha nyenangin orang lain dan bertopeng dengan keikhlasan. Tapi ternyata nggak.
Luka - luka yang gw kira udah di-ikhlasin itu masih sering bikin pedih. Satu kata aja cukup buat bikin gw sakit dan ketika gw sakit, gw akan marah dan mulai nyakitin semua orang disekeliling gw. Pada saat kayak gini gw akan bikin benteng disekeliling diri gw. Menjauh dari jangkauan orang-orang, if no one can't reach me, no one could hurt me dan pastinya gw pun ga akan nyakitin orang lain tapi terus nyakitin diri sendiri.
Tapi ada kalanya ketika benteng itu ga cukup kuat nge-bendung marah. Pengecutnya gw, gw lagi-lagi akan kubur semuanya dalam kotak luka yang sama dan mulai memuaskan diri gw dengan fantasi-fantasi palsu yang gw bikin sendiri.
Itulah gw. Always holding anger over something, over peoples, over worlds, even over my self. Making it a time bomb. Tinggal tunggu waktu kapan meledaknya. And when it happens I can picture my self, alone and dying by the pain, hurt and anger that I kept myself.
Comments
Post a Comment