Posts

Showing posts from 2017

My Way

Semua orang punya cara masing-masing buat ngadepin tekanan dan stress. Beberapa bisa ekspresi-in keluar, tapi yg lain lebih milih untuk nyelesain secara internal. Gw ga tau mana yg lebih bagus, ada kekurangan, ada kelebihan. Tapi yg pasti gw tipe yg kedua. Ketika ngadepin masalah atau stress, gw bakal menarik diri. Gw putusin semua hubungan dengan dunia luar dan hiding in my own cave . Sendiri. Diem. Ini semacam sistem pertahanan diri, ketika terancam oleh serangan dunia luar gw langsung otomatis ngebangun dinding buat nahan semua misil. Ketika terluka, gw berlindung dibelakang dinding buat nyembuhin diri. Bisa dibilang gw ga mau kalo orang lain bisa liat sisi vulnerable gw. Showing my emotions, makes me feel pathetic. Feels weak. Dan gw benci terlihat lemah. Besides, no one can hurt you if you're alone, right? Gw nemuin peace dan solace dalam kesendirian. Gw punya waktu untuk merenung, untuk mengalihkan pikiran dan memikirkannya pelan-pelan. Gw baru akan keluar ket

Self Awareness

Gw baru sadar. Dalam hal praktikal dan teori, gw sangat cepat belajarnya & jadi bisa. Hal-hal yg bersifat teknis nih, diajarin sekali atau bahkan cuman liat doank gw udah langsung paham. Mungkin itu juga yg bikin orang bilang gw itu pintar. Ya untuk masalah itung-itungan atau Accounting memang gw akuin gw punya kemampuan lebih tapi untuk masalah yg berhubungan sama feeling, emotion, friendship, relationship, gw totally sucks.   I feel like i am totally brain, but no heart. IQ tinggi tapi EQ jongkok. Gw paham banget teorinya, because it's make sense and logic, otak gw dengan gampang nerima itu. Golden rule, give-and-take, how to be good friend, how to upgrade your softskill, i've spent so many times read those articles. Tapi ketika praktek, secara ga sadar gw malah ngelakuin hal yg berkebalikan dengan hal-hal itu. Hasilnya, a total mess . Parahnya lagi adalah gw ga punya sensitivitas yg tinggi kayak ketika gw liat masalah itung-itungan atau accounting , gw ga t

Tahun

26. Tahun. Pertanyaan yg muncul disaat gw genap 26 tahun adalah, apa lagi? Apa lagi yg mau lakuin ditahun ke-26 ini?  Do'a-do'a apa lagi yg akan gw panjatkan? Mimpi-mimpi apa lagi yg mau gw kejar? Anehnya jawaban yg gw dapat justru lebih pasrah dan ga macem-macem. Apakah ini bentuk kedewasaan? Atau kesadaran diri? Atau perasaan i have enough? Ga ada lagi mimpi keliling dunia atau mimpi tinggal diluar negeri. Do'a biar lebih kuat ngadepin takdir dan do'a untuk terus berani-pun ngga' terlalu gw tekankan. It's like everything become more simple . Like no matter what i wish or what i want, i don't have to spell it out anymore. I just knew it that as long as i move forward, my heart will guide me to my destination. Seperti Nabi Ibrahim yg terus bertanya dan bertanya tentang keberadaan Tuhan. 26 tahun ini-pun gw terus bertanya. Mungkin sekarang gw udah menemukan jawabannya. Saatnya untuk mengambil kapak dan menghancurkan berhala-berhala. Tak peduli s

Triggered

A few days ago, i was triggered . Gw ga tau istilah bahasa Indonesianya apa, kondisi dimana diri kita teringat trauma atau sakit hati yg pernah dialamin dimasa lalu karena suatu hal yang terjadi dimasa sekarang. Trigger atau pemicu. Pemicu yang bikin kita tiba-tiba inget rasa sakit itu dan bikin kita takut, panik, marah, dan sebagainya. Gw ngalamin hal ini beberapa hari yg lalu. Gw punya cukup masalah dengan self acceptance dan self esteem diri gw sendiri. No matter how people look at me from outside, how smart i am, how charming or cool, how confident i am, inside there's still a part of me that struggling with those problem . I craves for a recognition and acceptance. For it, i try to be perfect. I try to be a good child. I try to be the best version of my self. Mungkin keliatannya baik sekilas. Tapi yg terjadi adalah gw terlalu keras sama diri gw sendiri. Ketika gw ga bisa mencapai, that perfect, good and best version of me , gw merasa takut dan panik. Apalagi ketika te

Golden Thread

Lets just said that i got enlightment. I was deep in my thoughts that time, thinking about everything in a fantasy novel approach, just like usual. It was started from four clasiccal element. Water and air. Fire and earth . Kenapa ga ada makhluk yg terbuat dari air dan udara? Kenapa hanya terbuat dari tanah dan api? Apakah ada ada tapi kita tidak tahu? Bagaimana dengan cahaya? What difference between earth-made with fire-made and light-made living creature? Apa yang membuat manusia berbeda? Kenapa manusia? Gw-pun sampai pada suatu titik. Bahwa masing-masing manusia ternyata tidaklah terlalu berbeda. Ada satu hal sama didalam diri kita. Rukh. Satu asal. Gw ngebayanginnya kayak sebuah benang emas, yg keluar dari hati manusia, terulur kearah langit, terhubung ke satu muara. Allah. Hal inilah yg membuka pandangan baru gw, bahwa gw ga bisa membenci manusia. Karena seberapa jahat, kotor, dan jeleknya hati itu, tetap ada benang emas disana. Tetap ada sedikit bagian milik Allah, yg ga